Masyarakat Adat Meepago
terutama bagian selatan Dogiyai meminta kepada Pemda bahwa segera membenahi
titik batas di wilayah perbatasan antara Dogiyai dengan Mimika. Namun pasalnya,
Masyarakat Dogiyai yang berdomisili di bagian selatan Dogiyai Mogodagi di
Kapiraya sampai saat ini berada dalam permusuhan antar suku. Perserangan
tersebut terjadi karena pemerintah daerah tidak memperhatikan dimana letak
wilayahnya rakyat saya dan ini masalah serius yang begitu dibiarkan oleh
pemerintah setempat.
Sejak tanggal 23
oktober 2015 pernah terjadi perserangan antara dua suku yang berbeda,
diantaranya suku Kamoro dan suku Mee hingga sampai disalah satu pihaknya terjadi korban, yakni
satu orang luka - luka berat, satu orang tewas mati dan empat orang lainnya
luka - luka ringan.
Berikut nama - nama
korbannya:
1. Luka - luka ringan
- Menase Dimi
- Melkias Kotouki
- Demianus Dimi
- Petrus Kotouki
2. Luka - luka berat
- Derek Wogee
3. Mati tewas
- Donatus Dimi
1. Luka - luka ringan
- Menase Dimi
- Melkias Kotouki
- Demianus Dimi
- Petrus Kotouki
2. Luka - luka berat
- Derek Wogee
3. Mati tewas
- Donatus Dimi
Peristiwa ini terjadi
karena belum adanya perhatian penuh dari pemda kabupaten Dogiyai dan Deiyai
mengenai dimana letak keberadaannya rakyat. Padahal persoalan ini dapat
ditangani dengan serius oleh Pemerintah Daerah, namun Kapiraya adalah wilayah
adat Meepago.
Selain itu, kedua pemda
tersebut sampai saat ini tak pernah berbicara tentang tapal batas. Ternyata
Kapiraya adalah wilayah Meeuwodide yang penuh dengan Kekayaan alam. Karena begitu
dibiarkan oleh pemda maka kekayaan alam yang ada di wilayah perbatasan pantai
selatan meeuwodide dapat di curi dan dimbil oleh warga – warga kekerabatan yang
notabenenya bukan orang meepago.
Terjadinya persoalan
itu maka masyarakat mogodagi berharap bahwa ini adalah tanggung jawab bersama
pemerintah daerah dan masyarakat adat Meepago. Dan alangkah baiknya harus
berusaha bekerja sama untuk memutuskan permasalahan tapal batas di mogodagi kapiraya
ini dengan pemerintah.
Kepala suku Mee
mogodagi di Kapiraya Petrus Kotouki meminta bahwa terlebih dahulunya harus
difokuskan bagian - bagian perbatasan antara beberapa kabupaten/kota di
Meepago. Hal ini dikatakan bahwa apabila pemerintah merasa bahwa merawat dan
memagari kekayaan alam itu penting bagi masyarakat dan pemerintah itu sendiri.
Saya yakin bahwa jika
adanya koordinasi dalam menangani masalah tapal batas ini dari pemerintah berarti
akan membawa dampak positif dan kekayaan alam tersebut nantinya dapat dikelola
oleh anak negerinya sendiri. Itu juga kalau pemerintah mempunyai rasa
kepeduliaan terhadap sumber daya alam (SDA) yang ada diwilayah Meepago
Senada dengan itu
aparat desa mogodagi Derek Woge mengatakan kalau pemerintah daerah kabupaten
dogiyai dan deiyai tidak mau menyesalkan dikemudian hari bagi masyarakat adat
Meepago berarti dalam jangka waktu yang dekat harus dituntaskan tentang
penyelesaian masalah tapal batas antara Kabupaten Deiyai, Dogiyai dan Mimika.
Menyikapi itu, Kepala
suku mee mogodagi di kapiraya Petrus Kotouki mengklaim pihaknya telah menjalin
komunikasi dengan Pemda Dogiyai tahun 2015 dan Deiyai tahun 2016, tapi dari
koordinasi penanganan titik penyelesaian masalah tapal batas kepemerintah
tersebut sampai sekarang belum direspon balik oleh kedua pemda tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar