Institusi sekolah erat
kaitannya dengan disiplin. Bahkan di jaman tahun 80 an sekolah-sekolah yang
dianggap baik terkenal karena peraturan yang ketat dan disiplin yang
tinggi. “Sekolah itu bagus karena disiplin nya kuat sekali, buktinya
jikalau ada anak yang melanggar peraturan dihukum dengan hukuman yang berat.”
Komentar para orang tua siswa di zaman itu. Demikianlah di zaman itu sekolah
yang pandai menghukum siswanya dengan hukuman berat malah diburu para calon
orang tua siswa.
Banyak pihak yang masih
menghubungkan penegakan disiplin di sekolah dengan menghukum siswa.
Padahal kedua-duanya tidak saling berhubungan. Karena terbukti penegakan
disiplin dengan hukuman hanya akan membuahkan sikap disiplin yang semu dan
lahir karena ketakutan bukan karena lahirnya kesadaran akan perbaikan perilaku.
Sebenarnya ada jalan
tengah diantara disiplin dan menghukum . Jalan tengah itu disebut konsekuensi.
Sebuah konsekuensi berarti menempatkan siswa sebagai subyek. Seorang siswa yang
dijadikan subyek berarti diberikan tanggung jawab seluas-luasnya dengan
konsekuensi sebagai batasan.
Siswa yang terlambat
masuk sekolah ? solusinya dia terkena konsekensi pulang lebih telat dari yang
lainnya, atau waktu istirahat dan bermain dipotong . Jangan sampai disitu saja,
bicarakan hal ini dengan orang tua siswa, karena mungkin masalah timbul bukan
karena si anak tapi karena masalah orang tua.
Dalam mengatasi masalah
terlambat masuk sekolah ini saya punya contoh menarik. Tidak jauh dari tempat
tinggal saya ada sebuah sekolah dasar yang memilih mengunci pintu
gerbangnya setiap jam 7 pagi tepat. Anda bisa bayangkan mereka yang terlambat
akan kesulitan untuk masuk karena pintu gerbang sudah terkunci.
Setiap hari akan ada
sekitar 10 orang siswa yang tertahan diluar menjadi tontonan warga
sekitar yang lewat di depan sekolah tersebut. Padahal mereka yang
terlambat belum tentu malas, bisa saja karena alasan cuaca atau hal-hal lain
yang tidk bisa dihindari.
Alasan pihak sekolah
mungkin bisa diterima, tindakan mengunci gerbang diambil atas nama penegakkan
disiplin dan membuat siswa menjadi sadar akan pentingnya datang tepat waktu ke
sekolah. Tapi sadarkah pihak sekolah bahwa mengunci siswa diluar bisa
mempermalukan harga diri siswa? Bagaimana bila tetangga atau orang-orang
yang mengenali mereka lewat saat mereka terkunci di luar.
Padahal saat sekolah mau
menerapkan konsekuensi atas siswa yang terlambat, banyak tindakan yang bisa
dilakukan, dari memotong jam istirahat sampai meminta mereka masuk sekolah dihari
Sabtu atau Minggu saat teman -temannya libur.
Dengan demikian harga
diri siswa terjaga dan siswa menjadi makin bertanggung jawab atas segala
tindakan yang dilakukannya. Siswa juga menjadi sadar bahwa konsekuensi
bertujuan untuk penyadaran dengan mengambil atau mengurangi hak istimewa mereka
.
Mari kita mengenali apa
itu hukuman dan konsekuensi:
Hukuman:
Pertama, Menjadikan siswa sebagai
pihak yang tidak punya hak tawar menawar dan tidak berdaya. Guru menjadi pihak
yang sangat berkuasa. Ingat “Power tends to corrupt”. Kedua, Jenisnya tergantung guru, apabila hati guru sedang senang
maka siswa terlambat pun tidak akan dikunci diluar. Ketiga, Bisa dijatuhkan berlipat-lipat derajatnya terutama
bagi siswa yang sering melanggar peraturan. Keempat,
Guru cenderung memberi cap buruk bagi anak yang sering melanggar. Kelima, Sifatnya selalu berupa ancaman. Keenam, Tidak boleh ada pihak yang tidak
setuju, semua pihak harus setuju. Jadi sifatnya memaksa.
Konsekuensi:
Pertama, Dijatuhkan saat ada
perbuatan yang terjadi dan berdasarkan pada aturan yang telah disepakati. Kedua, Sesuai dengan perilaku
pelanggaran yang siswa lakukan. Ketiga,
Menghindari memberi cap pada anak,
dengan memberi cap jelek akan melahirkan stigma pada diri anak bahwa ia adalah
pribadi yang berperilaku buruk untuk selama-lamanya. Keempat, Membuat siswa
bertanggung jawab pada pilihannya. Anda bisa mengatakan “Kevin kamu memilih
untuk ribut pada saat ibu guru sedang menerangkan maka silahkan duduk diluar
selama 5 menit”. Dengan demikian anda menempatkan harga diri anak pada peringkat
pertama. Bandingkan dengan perkataan ini “Kevin, dasar kamu anak tidak tahu
peraturan,…. tukang ribut! Sana keluar….!(Mardy).
0 komentar:
Posting Komentar