Pemerintah daerah Meepago tak tahu memagari kekayaan Alam yang dimiliki oleh Meepago. Namun banyak
orang yang masuk seperti babi liar melalui area - area kosong, hingga kekayaan
alam yang dimiliki Meepago dapat dicuri terus oleh masyarakat yang notabenenya
bukan Meepago.
Banyak emas, kayu dan kekayaan lainnya selalu saja berhabis –
habisan oleh daerah - daerah kekerabatan, Itu semuanya pemda yang salah.
Karena di setiap Kabupaten Meepago buta untuk melihat dimana tapal batasnya
daerah saya dengan daerah mereka.
Padahal wilayah Meepago adalah penuh dengan kekayaan alam
dan wilayahnya sangat luas. Demi rawatnya itu,Harapan masyarakat adat kepada
pemerintah daerah bahwa segera dipagari, agar supaya kekayaan alam yang tersisa
ini tidak dapat dicuri lagi. Namun, Sumber daya alam (SDA) itu sangat penting
bagi masyarakat dalam hal melengkapi kebutuhan dan demi untuk kepentingan
generasi anak adat yang tersusun didibelakang kita dan anak cucu
selanjutnya.
SDA yang berhabis - habisan sampai saat ini diarea perbatasan
adalah salah satunya Kapiraya. Kampung tersebut adalah kampung yang terletak
diwilayah perbatasan antara Meepago dengan suku Kamoro atau Deiyai - Dogiyai
dan Kaimana - Kokonau.
Disana banyak SDA yang dapat dicuri oleh suku kamoro, suku
key, dan warga negara asing (WNA). Pada saat kesunyian dan malam hari adalah
kesempatan baik buat mereka untuk berlayar kesana, dengan tujuan mau ambil apa
yang mereka inginkan.
SDA yang ada di wilayah perbatasan Meepago memang habis, seperti
perbatasan antara Dogiyai dan Kokonau di Potowaibru, perbatasan antara Dogiyai
dan Nabire di Jamur, perbatasan antara Paniai dan Mimika di Kali Dogomo keatas,
perbatasan antara Paniai dan Intan Jaya di Komopa dan perbatasan antara Deiyai
dan Mimika di Kapiraya atau Mauka, itu semuanya adalah pemerintah daerah yang
salah, karena pemerintah daerah meepago sampai saat ini buta untuk berbicara
tentang tapal batas.
Dengan melihatnya SDA yang semakin menurun dan meningkatnya pencurian ini, maka masyarakat adat meepago ditegaskan bahwa pemerintah daerah dalam waktu dekat harus selesaikan permasalahan tentang tapal batas itu. Sebab akibat permasalahan tapal batas itu saja pernah terjadi perserangan antara dua suku yang berbeda di Kapiraya, hingga salah satu pihak sebelahnya korban tewas. Kedua suku diantaranya adalah Suku Kamoro dan Suku Mee, Sedangkan yang korban pada saat itu adalah suku Mee atas nama Donatus Dimi. Tetapi sampai saat ini kami belum diselesaikan tentang masalah pengewasan dan yang berkaitan dengan tapal batas juga.
Karena takut terulang kembalinya pengorbangan nyawa seperti diatas, Pemerintah
Meepago harus turun campur tangan untuk menyelesaikan tapal batas sebagai
pagar kabupaten dan Sumber Daya Manusia (SDM), Jiika tidak kekayaan alam
yang ada diwilayah meepago akan berhabis – habisan hingga saatnya seperti rumah
tanpa alat dapurnya.
Sebagai tutupnya, Kabupaten Dogiyai untuk sementara berbicara dengan Politik dan menjalan kampanye untuk mencari pemimpin baru dilima tahun mendatang atau periode 2017 - 2022 Kabupaten Dogiyai. Namun itu, penulis cuma masukan: Pertama, Pemimpin yang akan terpilih menjadi Bupati Kabupaten Dogiyai, harus dimekarkan dua distrik baru dan di percepatkan, dengan penetapan lokasi adalah perbatasan antara Kokonau, Mimika dan Dogiyai, tepatnya Kampung MOGODAGI di Kapiraya. Sedangkan satunya adalah perbatasan antara Nabire dan Dogiyai, dengan penetapan lokasinya adalah JAMUR. Kedua, Demi kepentingan masa depan bagi SDM Meepago, harus dipercepatkan pembangunan di bagian – bagian perbatasan agar mereka adalah salah satu pagar kabupaten dan SDA yang ada dalam perut meepago. Ketiga, Pemerintah daerah juga harus diperlancarkan transportasi, baik melalui udara maupun melalui darat dan laut.
Kalau pemerintah meepago benar – benar dapat wujudkan seperti itu
berarti kita punya kabupaten adalah kaya dengan SDA dikemudian hari, Tetapi
jika tidak, berarti peningkatan kekayaan alam di wilayah meepago akan
menurun dan Miskinnya SDA, namun orang yang notabenenya bukan meepago terus
menerus dia akan dicuri, (Mardy).
0 komentar:
Posting Komentar