Pantauan dari Mahasiswa Meepago
diluar kabupaten/kota terhadap dimana sekolah – sekolah yang ada di Meeuwodide
banyak yang hampir mau tutup, karena pemalas masuknya para dewan guru yang
notabenenya pegawai negeri sipil (PNS) tetapi untungnya karena ada guru
honorer. Ada guru honor maka sekolah – sekolah di meeuwodide itu ada, Jika
tidak ada guru honorer berarti sekolah – sekolah yang ada di meeuwodide itu ditutup
sejak dulu.
Terkait dengan itu, pengalaman saya saat diriku jadi
guru honorer disalah satu sekolah dasar kabupaten dogiyai, Pas pukul 07:00 WIT
saya sudah ada disekolah sedangkan mereka yang guru tetap atau PNS, mereka datang
pukul 08:00 WIT keatas. Waktu itu saya yang selalu aktif karena dengan alasan
bahwa takut di copot saya yang sebagai statusnya guru honorer dari kepala
sekolah setempat. Selain alasan itu, merasa diri bahwa siswa/i atau anak murid
saya adalah adik – adik saya dan mereka adalah aset perubahan dogiyai untuk 20
tahun mendatang. Waktu itu saya mengajar tanpa ada Imbalan dari kepala sekolah
dan dinas terkait tetapi saya terus mengajar karena diriku mempertahankan dua
alasan tersebut diatas.
Itu
pengalamanku sejak 2008 – 2011, Karena itu mahasiswa disarankan kepada dinas
terkait dan kepala sekolah setempat maka tolong diperhatikan kepada yang mana
ada guru honorel disetiap sekolah, baik ditingkat TK, SD, SMP dan SMA/SMK yang
ada di kabupaten – kabupaten Meeuwodide. Yang kami maksudkan disini adalah
terkait dengan Imbalan atau Gajian bagi guru honorer, agar supaya kesemangatan
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah lebih meningkat
dan tingkat kepuasan bagi guru honorer lebih memuaskan lagi. Hal ini sama
sekali tidak diterapkan terhadap guru honorer berarti lama – kelamaan sekolah –
sekolah yang ada di Meeuwodide itu akan kabur dari tempatnya atau ditutup.
Guru
honorer selalu aktif karena takut dikeluarkannya oleh kepala sekolah setempat
dan selain itu mereka adalah ingin mencetak adik – adik mereka menjadi orang –
orang terpintar dalam dunia persaingan pendidikan. Apalagi diera modern ini
baku bersaing oleh orang – orang yang terpintar dalam bidang apa saja. Guru
honorer punya harapan itu besar seketika mereka merenung, salah satunya adalah
apabila sekolah ini ditutup berarti sama saja dengan pohon pisang rubuh tanpa
induknya. Selain itu hanya karena takut kehilangannya nama sekolah tersebut
dari daerah asalnya.
Berdasarkan
beberapa kata diatas, maka pemerintah daerah melalui dinas pendidikan,
pengajaran dan kebudayaan di kabupaten – kabupaten meeuwodide harus
diperhatikan hal tersebut, karena ini masalah serius yang terjadi di kabupaten
– kabupaten meepago sepanjang tahun. Bila perlu harus di gajikan guru honorer
setiap bulan dengan dana bantuan operasional sekolah (DBOS) yang selalu ambil
4x setahun. Namun hal tersebut adalah salah satu penahan sekolah daripada
ditutup dengan alasan yang tidak tepat atau dengan alasan tidak ada tenaga
pengajar dan anak muridnya.
Saya
yakin bahwa apabila tingkat kepuasaan dinas terkait atau kepala sekolah
setempat terhadap guru honorer ini terwujud, maka meeuwodide untuk kedepannya
baik tetapi akan lebih baik lagi dalam peningkatan perkembangan sekolah. Dan
tingkat kecerdasan bagi siswa/i juga akan lebih maju daripada sebelumnya. (Mardy)
0 komentar:
Posting Komentar