Orang Papua hidup
tanpa bahasa Ibu. Hal ini karena belum adanya tenaga pendidik dan tak pernah
diajarkan oleh orang tua dirumah serta dapat dipengaruhi oleh budaya-budaya
kekerabatan.
Sebenarnya generasi
Papua itu perlu mengajarkan bahasa daerah masing-masing suku daerah, dalam hal pengungkapan,
penyusunan, dan pemakaian bahasa Ibu. Apabila kita tidak menjalankan hal
tersebut seakan-akan papua untuk selanjutnya akan mengakibatkan kehilangan
bahasa Ibu.
Pada tahun 2013 ketua
penelitian pendidikan David Harding mengatakan, bahasa ibu dipakai sebagai
bahasa pengantar dalam kelas kepada siswa-siswi Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) dan kelas awal Sekolah Dasar di Papua, tetapi itu juga diabaikan oleh
Dinas Pendidikan Provinsi Papua. (Baca ini: http://www.harnas.co/…/bahasa-ibu-masuk-ke-renstra-disdik-p…)
Padahal bahasa Ibu ini
cocok untuk menjadikan salah satu mata pelajaran atau Muatan Lokal ditingkat
Taman Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Mengenah Atas (SMA).
Beberapa tahun lalu
Pemprov Papua memang benar bahwa bahasa ibu dijadikan salah satu mata pelajaran
disetiap sekolah yang ada di papua, kecuali perguruan tinggi tetapi dibeberapa
kampus itu pernah ambil melalui mata kuliah Etnografi Papua.
Namun karena itu
sebagai saran kami bahwa Pemprov Papua melalui dinas pendidikan dan pengajaran
provinsi Papua harus berusaha dalam waktu yang dekat untuk bagaimana cara yang
harus dilakukan untuk mempertahankan bahasa Ibu ini sampai anak cucunya.
Sebab, didepan mata
orang Papua dan alam cendrawasih bahwa budaya-budaya Papua ini benar-benar dapat
dipengaruhi oleh budaya-budaya kekerabatan, salah satunya adalah bahasa Ibu.
0 komentar:
Posting Komentar